ANALISIS STRUKTUR MODAL
Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan I
Dosen Pengampu :
Ninnasi Muttaqiin, S.M.B., M.SM
Disusun Oleh :
1. Sendy Wahyu Pratama (5130018044)
2. Siti Maghfiroh (5130018047)
3. Rifi Ultari Puspita (5130018048)
4. Dwi Indah Nur Mahmudah (5130018058)
5. Moh.Abduh (5130018066)
6. Muhammad Bagus Burham (5130018068)
PRODI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA’ SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya penulis bisa menyelesaikan makalah tentang “Analisis Struktur Modal” mata kuliah Manajemen Keuangan.
Shalawat serta salam mari kita curahkan pada kekasih Allah yang berakhak mulia, yang diutus ke muka bumi untuk menyampaikan risalah, juga untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dialah Nabi Muhammad yang bergelar Uswatun Hasanah yang sudah sangat pantasnya untuk kita teladani sifat-sifatnya.
Akhirnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Ibu Ninnasi Muttaqiin selaku pengampu mata kuliah Manajemen keuangan.
Surabaya, 30 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Perumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Struktur Modal ?
2.2 Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal?
2.3 Rasio Struktur Modal ?
2.4 Struktur Modal (Capital Structure) dan Kebijakan Perusahaan?
2.5 Right Issue dan Kebijakan Struktur Modal?
2.6 Teori Struktur Modal?
2.7 Kondisi Diterapkannya Balancing Theoris dan Packing Order Theory?
2.8 Struktur Modal dan Sumber Dana Perusahaan ?
2.9 Keputusan Kredit dalam Perspektif Teori Struktur Modal?
2.10 Risiko Berutang dalam Mata Uang Asing dan Pengaruhnya Bagi Struktur Modal Perusahaan?
2.11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Finansial
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu menciptakan perusahaan dengan keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya dana dari para calon investor yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima. Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Para investor akan melakukan berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan melalui informasi yang salah satunya berasal dari laporan keuangan perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Struktur Modal ?
2. Bagaimana Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal?
3. Apa yang dimaksud Rasio Struktur Modal ?
4. Bagaimana Struktur Modal (Capital Structure) dan Kebijakan Perusahaan?
5. Bagaimana Right Issue dan Kebijakan Struktur Modal?
6. Apa Teori Struktur Modal?
7. Bagaimana Kondisi Diterapkannya Balancing Theoris dan Packing Order Theory?
8. Apa Saja Struktur Modal dan Sumber Dana Perusahaan ?
9. Bagaimana Keputusan Kredit dalam Perspektif Teori Struktur Modal?
10. Bagaimana Risiko Berutang dalam Mata Uang Asing dan Pengaruhnya Bagi Struktur Modal Perusahaan?
11. Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Finansial?
1.3 Tujuan Perumusan Masalah
1. Mengetahui Definisi Struktur Modal ?
2. Mengetahui Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal?
3. Mengetahui Rasio Struktur Modal ?
4. Mengetahui Struktur Modal (Capital Structure) dan Kebijakan Perusahaan?
5. Mengetahui Right Issue dan Kebijakan Struktur Modal?
6. Mengetahui Teori Struktur Modal?
7. Mengetahui Kondisi Diterapkannya Balancing Theoris dan Packing Order Theory?
8. Mengetahui Saja Struktur Modal dan Sumber Dana Perusahaan ?
9. Mengetahui Keputusan Kredit dalam Perspektif Teori Struktur Modal?
10. Mengetahui Risiko Berutang dalam Mata Uang Asing dan Pengaruhnya Bagi Struktur Modal Perusahaan?
11. Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Finansial?
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Definisi Struktur Modal
Ada beberapa pengertian struktur modal.
A. Menurut Weston dan Copeland bahwa capital structure or the capitalization of the firm is the permanent financing represented by longterm debt, preferred stock and shareholder's equity.
B. Menurt Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan Capital structure (struktur modal) adalah komposisi saham biasa, saham preferen, dan berbagai kelas seperti itu, laba yang ditahan, dan utang jangka panjang yang dipertahankan oleh kesatuan usaha dalam mendanai aktiva.
Sehingga dapat dimengerti bahwa struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholder’s equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Dan ini dipertegas oleh Jones bahwa struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long-term debt dan shareholder’s equity, dimana stockholder equity terdiri dri preferred stock dan common equity, dan common equity itu sendiri adalah terdiri dari common stock dan retained earnings.
Kebutuhan dana untuk memperkuat strutur modal suatu perusahaan dapat bersumber dari internal dan eksternal, dengan ketentuan sumber dana yang dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman (safety position) dan jika dipergunakan memiliki nilai dorong dalam memperkuat struktur modal keuangan perusahaan. Dalam artian kerika dana itu dipakai untuk memperkuat struktur modal perusahaan, maka perusahaan mampu mengendalikan modal tersebut secara efektif dan efisien serta tepat sasaran.
1.2 Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal
Secara garis besar struktur modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Martin, Petty et. Al., : 1992)
1. Simple Capital Structure, yaitu jika perusahaan hanya menggunakan modal sendiri saja dalam struktur modalnya.
2. Complex Capital Structure, yaitu jika perusahaan tidak hanya menggunakan modal sendiri tetapi juga menggunakan modal pinjaman dalam struktur modalnya.
Atas dasar dua hal inilah kemudian dilakukan kajian secara komperehensif manakah yang paling tepat digunakan berdasarkan siatuasi kondisi internal dan eksternal, tentunya dengan tetap mengedepanlan pendekatan secara efektif dan efisien. Seperti yang dikatakan oleh Brigham dan Houston yaitu, “Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan farmasi umumnya memiliki struktur modal yang snagat berbeda dengan maskapai penerbangan. Bahkan struktur modal dapat bervariasi diantara peruahaan didalam suatu industri yang sama.
Subramanyam dan John J. Wild menegaskan bahwa, “Untuk perusahaan dengan struktur modal sederhana, diwajib kan suatu penyajian laba per lembar saham yang dihitung sebagai berikut :
Lebih jauh Subrayanman dan John J. Wild menegaskan, “Pada pembilang rumus ini, dividen kumulatif efek ekuitas, baik itu sudah diterima atau belum, dikurangi dari laba bersih atau ditambahkan pada rugi bersih. Perhitungan rata-rata tertimbang harga saham yang biasa yang tepat adalah dengan menjumlahkan saham yang beredar setiap hari, dibagi dengan jumlah hari dalam periode berjalan.”
Yang perlu diingat pada suatu perusahaan mempergunakan modal dari luar, maka memungkinkan masuknya berbagai pemikiran dan konsep dari pihak eksternal. Misalnya perusahaan menjual saham baru yang dibeli oleh pihak baru, sehingga memungkinkan timbulnya delusi. Dan ini memungkinkan terjadi jika perusahaan menerapkan Complex Capital Stucture. Ini yang dipertegas oleh Subrayanman dan John J. Wild bahwa, “Lebih dari 25% perusahaan yang sahamnya diperdagangkan untuk umum memiliki efek berpotensi dilusi.”
Namun sebaliknya jika perusahaan menerapkan Simple Capital Structure, maka dilusi tersebut bisa tidak terjadi atau sulit untuk terjadi. Karena perusahaan tidak menerima tambahan dana dari pihak luar. Dan artinya setiap keputusan yang telah dibuat dapat terus dijalankan sesuai dengan yang direncanakan.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan, yaitu :
a. Bentuk atau karakteristik bisnis yang dijalakan
b. Ruang lingkup aktivitas operasi bisnis yang dijalankan
c. Karakteristik manajemn (management characteristic) yang diterapkan di organisasi bisnis tersebut.
d. Karakteristik, kebijakan dan keinginan pemilik
e. Kondisi micro dan macro economy yang berlaku di dalam negeri dan luar negeri yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston bahwa, kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan pengambilan :
· Penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham.
· Namun, penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya ekspektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi.
1.3 Rasio Struktur Modal
Adapun bentuk rasio yang dipergunakan dalam struktur modal (capital structure) ini George Foster mengatakan ada beberapa rasio yang representative yaitu:
Keterangan :
· Long-tern liabilities = utang jangka panjang
· Shareholders’ equity = modal sendiri
· Current liabilities = utang lancer
Disisi lain Smith, Skousen, Stice and menjelaskan tentang bentuk rumus struktur modal ini, yaitu :
a. Debt-to Equity Ratio
“Measure use of debt to finance operation.” (Smith, Skousen, and Stice)
b. Number of Times Interest is Eorned
“Measure ability to meet interest payments.” (Smith, Skousen, and Stice).
c.
Book Value Pershare
Book Value Pershare
“Measure equity per share of common stock.” (Smith, Skousen, and Stice).
Keterangan :
· Total liabilities atau total utang
· Stockgolders’ equity atau modal sendiri
· Income before taxes and interest expense atau pendapatan sebelum bunga dan pajak
· Interest expense atau beban bunga. Biaya dana pinjaman pada periode yang berjalan memperlihatkan pengeluaran uang dalam laporan rugi laba.
· Common stockholders’ equity atau kekayaan pemegang saham
· Number of share of common stock outstanding
Berdasarkan rumus diatas kita dapat memperhatikan bahwa data laporan keuangan yang diperlukan untuk mendukung dalam mempergunakan rumus di atas adalah bersumber dari balance sheet dan income statement.
1.4 Struktur Modal (capital Structure) dan Kebijakan Perusahaan
Bagi sebuah perusahaan yang bersifat profit oriented keputusan pencarian sumber pendanaan dalam rangka memperkuat struktur modal menjadi keputusan penting yang harus dikaji dengan mendalam serta berbagai dampak pengaruh yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang (future effect).
Pengertian saham (stock), obligasi (bond) dan righ issue:
· Saham merupakan suatu tanda bukti yang diberikan sebagai penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan, atau suatu kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominalnya.
· Obligasi merupakan suatu surat berharga yang dijual kepada publik, dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan berbagai hal seperti nilai nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama penerbit dan beberapa ketentuan lainnya.
· Righ issue adalah pemberian hak pemegang saham lama untuk memesan terlebih dahulu saham emiten yang akan dijual dengan harga nominal tertentu.
Lebih dalam brigham dan houston, mengatakan “obligasi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis utama, yaitu:
a. Obligasi pemerintah (treasury bonds)
b. Obligasi perusahaan (corporate bonds)
c. Obligasi pemerintah daerah (municipal bonds)
d. Obligasi luar negeri (foreign bonds)
Struktur modal adalah bertujuan memadukan sumber dana permanen yang selanjutnya digunakan perusahaan dengan cara yang diharapkan akan mampu memaksimumkan nilai perusahaan.
Melakukan analisa struktur modal dianggap suatu hal yang penting karena dapat mengevaluasi risiko jangkan panjang dan prospek dari tingkat penghasilan dan didapatkan perusahaan selama menjalankan aktivitasnya.
PT XYZ Neraca
Aktiva
|
Utang
|
Aktiva lancar
|
Utang lancar
|
Kas
|
Utang tidak lancar
|
Piutang dagang
|
Obligasi
|
Aktiva lancar lainnya
| |
Aktiva tetap
|
Modal sendiri
|
Tanah
|
Saham biasa
|
Bangunan
|
Laba ditahan
|
Aktiva tetap lainnya
|
Gambar: Posisi Obligasi (Bonds) di neraca
Penerbitan dan penjualan obligasi mampu menambah dan memperbesar kas perusahaan namun sebaliknya telah mengakibatkan meningkatnya longterm debt (utang jangka panjang).
1.5 Righ Issue dan kebijakan Struktur Modal
Righ issue adalah pemberian hak pemegang saham lama untuk memesan terlebih dahulu saham emiten yang akan dijual dengan harga nominal tertentu. Dengan dilakukan right issue artinya perusahaan memperoleh tambahan dana yang bukan berasal dari luar (ekstern).
Perusahaan yang sudah terdaftar dipasar modal ada kalanya membutuhkan dana segar, jika sumber internal maupun pinjaman dari bank dianggap kurang memadai atau menguntungkan sehingga perusahaan mengambil sikap melakukan right issue.
1.6 Teori Struktur Modal
Kajian tentang teori struktur modal telah banyak dibahas diberbagai buku teks baik yang ditulis oleh penulis domestik maupun asing, dan secara umum teori yang membahas tentang struktur modal ada dua yaitu
a. Balancing theories, dan
b. Packing order theory
Balancing theories merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan untuk mencari dana tambahan dengan cara mencari pinjaman baik ke perbankan, leasing atau juga dengan menerbitkan obligasi (bonds). Obligasi (bonds) adalah sebuah surat berharga (commercial paper) yang mencantumkan nilai nominal, tingkat suku bunga, dan jangka waktu dimana itu dikeluarkan baik oleh perusahaan ataupun government untuk kemudian dijual kepada publik a. Balancing Theories Sehingga dapat disimpulkan bahwa menjual obligasi adalah artinya berutang pada publik atau perusahaan melakukan penambahan long term liabilities-nya. Maka penerapan balancing theories juga memungkinkan diterapkan oleh suatu pemerintahan adalah dengan cara melakukan pinjaman ke pihak asing seperti pemerintah negara asing atau Juga pada lembaga donatur internasional seperti World Bank, International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), dan lembaga lainnya. Ada beberapa bentuk risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan pada saat kebijakan balancing theories diterapkan, yaitu;
a. Jika perusahaan meminjam dana ke perbankan, maka dibutuhkan jaminan atau agunan seperti tanah, gedung, kendaraan, dan sejenisnya. Dan jika angsuran kredit tersebut terlambat dibayar perbankan akan memberikan teguran dalam bentuk lisan dan tulisan. Per adalah seandainya perusahaan tidak mampu lagi membayar angsuran di atas batas waktu yang ditentukan/ditolerir maka agunan tersebut diambil dan di lelang oleh perbankan untuk menutupi kerugian sejumlah nilai pinjaman. Artinya perusahaan telah kehilangan aset yang diagunankan tersebut.
b. Jika kebutuhan dana dengan cara menjual obligasi. Bentuk risiko yang dihadapi adalah jika seandainya tidak sanggup membayar bunga obligasi secara tepat waktu atau bergeser dari waktu yang disepakati maka perusahaan harus melakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi ini, termasuk mengkonversi dari pemegang obligasi ke pemegang saham.
c Risiko selanjutnya terhadap masalah yang dialami oleh perusahaan tersebut adalah telah menyebabkan nilai perusahaan di mata publik terjadi penurunan, karena publik menilal kinerja keuangan perusahaan tidak baik khususnya dalam kemampuan manajemen struktur modal (capital structure management). lannya
b. Pecking Order Theory
Pecking arder theories merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual asset yang dimilikinya. Seperti menjual gedung (build), tanah (land), peralatan (inventory) yang dimilikinya dan asset-asset lainnya, termasuk Mengenal laba ditahan M. Fuad dkk3 mengatakan "Alternatif la untuk pembiayaan modal sendiri adalah laba ditahan, yakni bagian laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham". Lebih jauh Smith dan Skousen mengatakan, "Laba yang ditahan pada hakikatnya adalah tempat lain dana yang berasal dari laba ditahan (retained earnings) pertemuan akun-akun neraca dan akun-akun laporan laba-rugi" Secara umum laba ditahan ada 2 (dua) yaitu;
a. Laba ditahan yang dialokasikan, dan
b. Laba ditahan yang tidak dialokasikan.
Pada kebijakan pecking order theories artinya perusahaa melakukan kebijakan dengan cara mengurangi kepemilikan asset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan. Dampak lebih jauh perusahaan akan mengalami kekurangan asset karena dipakai unt membiayai rencana aktivitas perusahaan baik yang sedang maupun yang akan. Yang sedang seperti untuk membayar utang yang jatuh tempo dan yang akan datang seperti untuk pengembangan produk baru (new product dan ekspansi perusahaan dalam membuka kantor cabang (brand office) dan berbagai kantor cabang pembantu (sub brand office).
Ada beberapa solusi yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk memperkecil risiko yang akan timbul karena diterapkannya kebijakan packing order theory, yaitu;
a. Melakukan kebijakan penjualan aset berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan Artinya jika kebutuhan dana sebesar 2 milyar maka dicari sumber alokasi yang berasal dari nilai 2 milyar juga, karena jika kelebihan dari nilai tersebut akan terjadi keputusan yang tidak efisien.
b. Menerapkan kebijakan prudential principle (prinsip kehati-hatian) sebelum keputusan tersebut dibuat. Prudential principle artinya keputusan yang dibuat dilakukan berdasarkan perhitungan yang matang, matang dari segi perhitungan matematis dan analisis kualitatifnya.
C. Menerapkan kebijakan yang bersifat hard control (kontrol keras) terhadap yang sudah diambil. Adapun hard control artinya setelah keputusan tersebut diambil maka dilaksanakan secara betul-betul penuh dengan pengawasan yang ketat dan maksimal.
1.7 Kondisi Diterapkannya Balancing Theories dan Packing Order Theory
Ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan dalam menerapkan kebijakan balancing theories dan packing order theory, yaitu:
a. Kondisi Diterapkannya Balancing Theories
Adapun dimana kondisi balancing theories layak untuk diterapkan adalah,
1) Kondisi perekonomian cenderung dalam keadaan stabil, dalam artian inflasi dalam keadaan rendah, serta pertumbuhan ekonomi berada
dalam kondisi yang diharapkan. Kondisi seperti ini biasanya kemampuan daya bell (purchasing power parity) masyarakat tinggi dan stabil
2) Kondisi grafik penjualan perusahaan berada dalam peningkatan. hingga jika perusahaan meminjam ke perbankan memungkinkan angsuran kredit untuk mampu dibayar secara tepat waktu.
3) Cadangan perusahaan (company reserve) berada dalam keadaan yang aksimal. Sehingga jika sewaktu-waktu hasil dari penjualan terjadi penurunan dan perusahaan harus membayar angsuran pinjaman maka hisa mempergunakan untuk sementara sebagian dana cadangan.
4) Kondisi dan situasi sosial politik dalam dan luar negeri diperkirakan cenderung dalam keadaan baik dan stabil secara jangka panjang Dalam keadaan seperti ini iklim investasi akan berkembang dengan pesat habkan FDI (Foreign Direct Investment) cenderung untuk meningkat Fondisi ini membawa dampak positif bagi keuangan perusahaan
b. Kondisi Diterapkannya Packing Order Theory
Adapun dimana kondisi packing order theory layak untuk diterapkan adalah,
1) Kondisi ekonomi berada dalam keadaan yang cenderung tidak begitu menguntungkan atau instabilitas. Sehingga diperkirakan jika meminjam uang ke perbankan maka kemampuan mengembalikan angsuran secara tepat waktu sulit dicapai, maka lebih aman dengan menjual aset perusahaan.
2) Aset perusahaan berada dalam keadaan yang cukup untuk dijual dan penjualan itu tidak mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan secara jangka pendek.
3) Perusahaan menjual dan menerbitkan right issue berdasarkan besarnya kebutuhan saja. Artinya jika perusahaan membutuhkan dana sebesar 25 milyar dan cadangan kas sebesar 2,5 milyar, aset (tanah, rumah) yang bisa atau memungkinkan untuk dijual sebesar 2,8 milyar, maka perusahaan dapat menjual/menerbitkan right issue senilal 19,7 milyar saja. Dengan menjual right issue dan menjual aset lain sesual besarnya kebutuhan maka memungkinkan bagi perusahaan untuk mampu tetap mengendalikan perusahaan tanpa terbebani oleh tanggungjawab dari pihak eksternal
4) Dalam kondisi menerapkan packing order theory perusahaan boleh menjual obligasi dan saham, dalam artian obligasi dan saham dalam jumlah nominal yang realistis dan feasible (layak) secara ukuran keuangan. Jika menjual obligasi diusahakan obligasi tanpa jaminan, dan menjual obligasi dengan jumlah yang sesual besaran kebutuhan saja.
1.8 Struktur Modal dan Sumber Dana Perusahaan
Untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan kita dapat melihat dari segi sumber-sumber dana perusahaan. Jika kebutuhan dana perusahaan untuk membiayai aktivitas yang bersifat jangka pendek maka akan lebih baik jika diambil dari yang bersumber pengeluaran jangka pendek (short term expenditerus) dan jika untuk membiayai aktivitas yang bersifat jangka panjang maka akan lebih baik jika diambil dari yang bersumber pengeluaran jangka panjang (long term expenditerus).
§ Sumber dana untuk pengeluaran jangka pendek
Adapun sumber-sumber dana yang bisa di pakai untuk membiaya pengeluaran jangka pendek adalah:
a) Pinjaman perbankan yang bersifat jangka pendek
b) Utang dagang
c) Factoring. Factoring merupakan suatu kondisi dimana sebuah perusahaan membutuhkan dana dan memiliki piutang perusahaan, dimana selanjutnya piutang perusahaan tersebut dijual kepada suatu lembaga yang siap menampung dan mau menerima untuk membayarnya seperti lembaga keuangan dan sejenisnya. Perusahaan yang membeli faktoring tersebut biasanya disebut dengan perusahaan faktor. Menurut M. Fuad dkk., “perusahaan faktor membayar sejumlah presentase tertentu dari nilai piutang. Besarnya presentase yang ditawarkan tergantung pada kualitas piutang, biaya penagihan piutang, dan tingkat bunga yang berlaku”.
d) Letter of credit (LC). Letter of credit menurut M. Fuad dkk., merupakan janji tertulis dari bank bagi pihak pembeli untuk membayar sejumah uang kepada perusahaan yang dituju (penjual) bila sejumlah kondisi telah terpenuhi.
e) Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan. Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan yang biasanya diperoleh di perbankan ini ada dua bentuk yaitu pertama kredit rekening koran (line of credit) dan kredit rekening koran yang di perpanjang (revolving line of credit). Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan ini bisa diperoleh jika suatu perusahaan memiliki sejumlah dana dalam jumlah yang besar atau mencukupi yang disimpan di suatu perbankan, sehingga dengan saldo dana tersebut menyebabkan perbankan memberikan pinjaman jangka pendek tersebut tentunya setelah mempertimbangkan saldo yang dimiliki tersebut sebagai pinjaman.
§ Sumber dana untuk pengeluaran jangka panjang
Adapun sumber-sumber dana yang bisa dipakai untuk membiayai membiayai pengeluaran jangka panjang adalah:
a) Penjualan obligasi. Obligasi (bonds) merupakan sala satu jenis surat berharga yang memiliki masa waktu yang panjang biasanya masa tenornya mencapai 5 (lima) hingga 10(sepuluh) tahun.
b) Utang perbankan yang bersifat jangka panjang. Disini sebuah perusahaan dapat meminjam dana yang berasal dari perbankan dengan jangka waktu panjang seperti 10 (sepuluh) hingga 15 (lima belas) tahun. Pinjaman yang bersifat jangka panjang atau kredit jangka panjang ini biasanya perbankan menerapkan perhitungan kredit sistem mengambang atau mengikuti perubahan yang terjadi atau sesuai kondisi pasar.
Kebutuhan dana yang bersifat jangka panjang biasanya dipakai untuk membeli aset perusahaan seperti membeli tanah untuk dibangun gedung kantor atau bahkan membeli gedung kantor dan pabrik yang sudah jadi, termasuk membeli perkebunan yang luas untuk digarap, contohnya perusahan minyak sawit yang membeli tanah yang luas agar bisa di tanami pohon sawit.
1.9 Keputusan Kredit dalam Perspektif Teori Struktur Modal
Pada saat seseorang berkeinginan mengajukan pinjaman kredit maka keputusan tersebut didasarkan atas berbagai pertimbangan, baik pertimbangan mikro dan juga makro serta jika tidak tertutup kemungkinan untuk mempertimbangkan kedua ini sebagai bentuk penggabungan agar mampu memberikan analisa yang jauh lebih kuat. Karena bagi pihak perusahaan sangat penting menghindari timbulnya risiko yang akan timbul di kemudian hari.
Keputusan perusahaan dalam bidang ekspansi usaha dan penciptaan produk baru memiliki pengaruh besar bagi kebutuhan dana. Bagi suatu perusahaan jika kebutuhan dana untuk membiayai projek yang bersifat jangka panjang maka sebaiknya diambil dana yang berasal dari sumber jangka panjang seperti dari penjualan obligasi dan utang bank yang berjangka 10 sampai 15 tahun keatas. Namun jika kebutuhan dana yang bersifat jangka pendek maka sebaiknya peruahaan mengambil dana yang berasal dari jangka pendek, seperti mengambil pinjaman ke perbankan yang sifatnya hanya 1 sampai dengan 3 tahun saja.
Penggunaan dana dengan cara seperti ini bertujuan pada dua hal, yaitu:
a) Memperlancar angsuran pembayaran agar selalu tepat waktu dan tidak terlambat.
b) Mampu terus melaksanaan pengerjaan projek (continuity project) sehingga tidak mengakami kendala dan berbagai permasalahan lainnya.
c) Menghindari timbulnya blacklist di perbankan karena terlambat membayar atau tidak mampu melunaskan pinjaman.
Risiko Berhutang Dalam Mata Uang Asing Dan Pengaruhnya Bagi Struktur ModalPerusahaan
Bagi banyak perusahaan yang ruang lingkup bisnisnya memiliki keterkaitan dengan matauang asing dan juga perbankan berusaha untuk memiliki cadangan mata uang asing sepertimisalnya dolar Amerika agar pada saat kewajibanya dalam membayar pinjaman dalam matauang dolar amerika tersedia sehingga tidak perlu harus mencari dolar lagi terutama pada saatdolar mengalami kelangkaan di pasaran.
Kondisi ini juga turut menyebabkan banyak pihak menganalisis bagaimana kebijakan yangharus dibuat dan diantisipasi oleh para pebisnis terutama dunia perbankan dalam kebijakanmengelola kredit dalam bentuk mata uang asing (foreign currency) seperti dolar,
Menurut Prof. Ricardo Hausman dari School of Government Harvard Universitydalam makalah yang dipresentasikan di Chulalongkorn Universitymedio Oktober 2001,mengatakan bahwa bahaya hutang dalam empat kategori yaitu :
1.Avoid short-term domestic public debt, it can kill you!(hindari hutang publik dalamnegeri yang berjangka pendek; itu bisa membunuhmu).
2.But short-term debt in foreign currency can also kill you!(hutang jangka pendekdalam mata uang asing juga bisa membunuhmu).
3.Dollar debt can kill you!(pinjaman dalam bentuk dolar juga bisa membunuhmu).
4.... and even if they do not, the currency mismatches they generated make monetarypolicy less effective (dan bahkan jika mereka/hutang luar negeri tidak membunuhmu,problem kurs yang mereka ciptakan akan membuat kebijakan moneter menjadi tidakefektif).
Mungkin dari pendapat di atas dapat ditangkap bahwa manajemen berhutang adalahsuatu yang dibolehkan dan itu juga biasa terjadi dalam dunia bisnis, namun sebuah tindakanyang tidak hati-hati akan menyebabkan perusahaan atau organisasi tersebut berada dalamposisi sulit bahkan bukan tidak mungkin pada akhirnya harus menutup usaha (bankruptcy). Sehingga dari segi konsep capital structure (struktur modal) ditekankan sekali bahwa jikahutang itu sangat tidak boleh melewati batas shareholders’ equity (kekayaan yang dimiliki). Namun, jika ternyata loan(hutang) tersebut telah melewati batas shareholders’ equitydantidak mampu dibayar lagi maka itulah yang disebut kasus perbankan sebagai kreditmacet. perlu dipahami pada titik mana yang dianggap aman (safety position) untuk menerapkan konsep balancing theoris dan pada titik seperti apa dianggap pinjaman itu berada dalam posisi extreme leverage atau pinjaman yang membahayakan sehingga perusahaan memungkinkan untuk berada dalam posisi financial distress (kesulitan keuangan). Adapun posisi exreme leverage adalah jumlah pinjaman sudah mencapai titik 80%-90% dari total nilai aset. Sehingga jika kondisi tiba-tiba perusahaan mengalami permasalahan dalam usaha khususnya dalam bidang penurunan penjualan maka memungkinkan timbulnya gagal bayar (risk deflaut) dan bagi pihak pemberi pinjaman ini akan mencatat sebagai kasus kredit macet (bad debt case). Ada beberapa bagian yang harus dipikirkan olehh seorang manajer keuangan dalam konteks negara dan finance cost (biaya keuangan) yang akan dikeluarkan pada aktivitas bisnisnya terutama dalam keputusan ekspansi dan sebagainya. Ini sebagaimana dikatakan oleh Jeff Madura bahwa, “manajer keuangan menilai suatu negara sesuai biaya keuangan untuk bisnis yang akan dilaksanakan di negara itu, maka ia memusatkan pada pertanyaan berikut :
1. Apakah mungkin untuk mendapatkan pinjaman local di negara itu?
2. Berapakah tingkat bunga atas pinjaman local?
3. Haruskah perusahaan menggunakan pendapatan yang didapat dari bisnis domestik untuk membiayai bisnis di luar negeri?
4. Bagaimana pendapatan perusahaan meningkat sebagi hasil melakukan bisnis di negara asing?”
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur finansial
Penggunaan dana dari sumber pinjaman sering dikaji dari segi rasio leverage. Rasio leverage adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya dimana dana yang dipakai bersumber dalam menjalankan aktivitasnya dimana dana yang dipakai bersumber dari hasil pinjaman. Kondisi memperkuat struktur modal perusahaan yang berasal dari pinjaman ini sangat dipengaruhi dari beberapa faktor. Menurut agus sartono berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi struktur finansial :
a. Tingkat pertumbuhan di masa datang apabila tingkat pertumbuannya tinggi, leverage lebih besar sebaliknya bila tingkat pertumbuhan penjualan rendah.
b. Stabilitas penjualan di masa datang, jika stabilitas lebih tinggi maka leverage lebih besar begitu pula sebaliknya.
c. Struktur modal dalam industri, sebagai jaminan atas penggunaan utang. Selain itu kondisi persaingan dalam industri.
d. Posisi kontrol dan sikap pemilik serta manajemen terhadap risiko, apabila pemilik sebagian besar bersikap risk averter (menjauh dari risiko) maka utang akan lebih sedikit sebaliknya jika sikap pemilik adalah risk seeker (menyukai risiko) utang akan lebih besar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Struktur modal yang optimal adalah struktur yang memaksimalkan harga dari perusahaan, dan hal ini biasanya meminta rasio utang yang lebih rendah dari pada rasio yang memaksimalkan EPS yang diharapkan.
2. Inti teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan. Dan Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang terbaik.
3. Pengambilan keputusan sangatlah penting karena kalau perusahaan salah dalam pengambilan keputusan maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai atau tidak tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA